Thursday, September 03, 2009


Koran Kompas

Awapartai

Jumat, 4 September 2009 | 02:57 WIB

SALOMO SIMANUNGKALIT

Iseng-iseng saya buka catatan harian hampir seperempat abad lalu saya. Di sana tersua catatan pinggir beberapa cuplikan ceramah bahasa Anton Moeliono yang disiarkan TVRI. Pada siaran 5 Agustus 1986 munsyi ini menyarankan revitalisasi awalan awa- untuk menyerap istilah asing yang telah dan bakal menyerbu wacana dalam bahasa Indonesia, baik pada percakapan sehari-hari maupun pada berbagai disiplin ilmu.

Disinfectant yang dalam bahasa Inggris adalah bebas dari hama oleh Anton Moeliono ditawarkan menjadi awahama. Deodorant yang bermakna kehilangan bau (kata sifat) menjadi awabau, sedangkan yang berarti penghilang bau (kata benda), ya, pengawabau.

Guru besar linguistik Universitas Indonesia yang tenar sebagai perekacipta istilah itu tentu saja tidak sedang mengada-ada. Jauh sebelum ceramah Anton di TVRI, pekamus WJS Poerwadarminta sudah memaktubkan awa- sebagai sebuah lema dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Di situ disebutkan: awa- merupakan awalan untuk menyatakan menghilangkan.

Menarik hati menyimak pembiakan bentukan awa- dalam beberapa edisi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Meski mencantumkan awa- sebagai sebuah lema, kamus Poerwadarminta belum mencatat satu pun bentukan awa- sebagai entri. Barulah pada KBBI Edisi Pertama yang terbit tahun 1988 terekam empat lema bentukan awa-: awabusa sebagai istilah ilmu kimia yang berarti tanpa busa, awadara ’tanpa (hilang) selaput dara’, awahama ’bebas dari hama penyakit’, dan awanama yang tak lain tak bukan anonim.

Tiga tahun kemudian Pusat Bahasa mengeluarkan KBBI Edisi Kedua. Terdapat 12 lema bentukan awa- dan delapan di antaranya adalah tambahan terhadap edisi sebelumnya: awa-air sebagai istilah ilmu kimia dengan makna bebas dari air, awa-arang ’tidak mengandung arang’, awabau ’kehilangan bau’, awabulu ’kehilangan bulu’, awalengas istilah ilmu kimia untuk ’menghilangkan kelembapan atau kandungan air’, awamineral ’bebas dari mineral’, awaracun ’bebas dari racun’, dan awawarna yang berarti hilang warnanya. Pada lema awadara, edisi kedua menambahkan keterangan bahwa bentukan ini merupakan istilah ilmu kedokteran, padan bagi defloratio.

Edisi ketiga yang cetakan pertamanya terbit pada tahun 2001 hanya mencatat satu lema tambahan: awabeku ’hilang beku’. Adapun edisi keempat yang baru terbit tahun lalu merekam satu bentukan awa- tambahan: awa-asam, lagi-lagi istilah ilmu kimia, yang berarti kehilangan keasaman.

Hendaklah yang bertelinga mendengar. Untuk sementara disimpulkan, masyarakat ilmu kimia dan kedokteranlah di negeri ini yang pasang telinga mendengar saran munsyi kita itu. Bagai Madre Maria, mereka mendengar dan merenungkan saran itu di dalam hati mereka.

Kalangan praktikus politik perlu mempertimbangkan awa- dalam merekacipta istilah perpolitikan. M Fadjroel Rachman dalam musim pemilihan 2009 mengajukan diri sebagai calon presiden dari luar jalur partai. Menyebut Fadjroel sebagai calon presiden independen atau calon presiden perseorangan tidak serta-merta menggambarkan ”perlawanan” aktivis ini terhadap pencalonan presiden via partai. Barangkali istilah yang pas adalah calon presiden awapartai, sesuai dengan makna awa- sebagai awalan untuk menyatakan menghilangkan atau ”bebas dari”.

No comments: