Friday, March 19, 2010


 Apakah pemerintah akan tetap meng-claim sukses dalam mengelola jalannya tata kelola Negara Kesatuan Republik Indonesia??
Anwari Doel Arnowo 19/03/2010



PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Memberdayakan Pemimpin Lokal

Friday, 19 March 2010

INDONESIA yang luas dan kaya raya alamnya ini anugerah atau malapetaka? Kalau pemerintah– dari pusat sampai daerah– tidak mampu mengatur dan mengelola, semua ini akan menjadi fitnah, beban, dan malapetaka.

Tanpa disadari,ketidakmampuan dan pesimisme ini sering muncul. Misalnya saja ketika muncul saran betapa urgensi SIN (single identity number) dengan membandingkan Malaysia atau Singapura,jawaban spontan yang muncul: Jangan bandingkan Singapura atau Malaysia yang penduduknya kecil. Ketika muncul soal kesemrawutan lalu lintas dan sampah di mana-mana, segera berkilah: Indonesia itu wilayahnya luas, penduduknya banyak, jadi jangan banding-bandingkan negara lain.

Jika kita mengambil jarak lalu memotret wajah dan perilaku bangsa ini, terutama jajaran elite politik dan birokrasinya, yang terlihat adalah mereka itu bagaikan “jago kandang”. Merasa hebat,  galak, tetapi nyatanya tidak mampu menerima warisan dan amanat mengelola bangsa dan negara yang demikian kaya, melimpah sumber daya alamnya. Warisan Tanah Air yang luas ini tidak terurus dengan baik.

Bahkan, sumber alamnya dijual dengan gampangnya kepada pemodal asing. Uangnya sebagian dibagi-bagi di lingkaran elite politik dan penguasa. Indonesia tak ubahnya bagaikan objek kenduri, pemerintah bagaikan makelar atau penjual harta karun warisan para pendahulu. Dalam berbagai kunjungan ke daerah, sebut saja Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, penggundulan hutan dan pengerukan daerah pertambangan sangat tampak dari atas, terlebih lagi jika turun ke bawah.

Terbayang, berapa triliun harta kekayaan kita dikuras ke luar negeri setiap bulan namun warga sekitar tetap miskin, kesehatan buruk, pendidikan tidak maju, sementara negara terlilit utang. Dengan logika orang awam, jadi selama ini pemerintah itu memakmurkan rakyat atau lebih memikirkan dirinya, atau seenaknya menjual aset bangsa karena di-bodohin kapitalis asing? Saya sendiri bukan ekonom.

Tetapi semata menggunakan nalar awam saja. Politisi dan pemerintah itu tampaknya heboh dan sibuk, tetapi benarkah mereka produktif menciptakan surplus buat bangsa dan negara? Akan sangat menyedihkan kalau lembaga politik dan pemerintah kita ibarat pesawat terbang yang putar-putar taksi di landasan pacu, tetap mengonsumsi bahan bakar, pilot dan kru digaji, tetapi tidak naik-naik, take-off, dan terbang membawa penumpang.

Institusi politik dan birokrasi jangan sampai menjadi tempat penampungan layaknya lembaga filantropi terselubung. Atau berubah menjadi semacam katalisator dan fasilitator bagi pemburu harta karun, bukan lagi lembaga produktif yang menciptakan nilai tambah (added value) dari modal yang ada untuk memajukan bangsa. Dengan munculnya banyak partai politik (parpol) dan otonomisasi pemerintah daerah, mestinya aspirasi rakyat semakin didengar dan diperhatikan pemerintah.

Idealnya parpol adalah lembaga pejuang rakyat, bukan lapangan kerja dengan gaji tinggi namun tidak produktif.Dengan desentralisasi diharapkan jalur birokrasi semakin efektif, simpel, dan pelayanan terhadap rakyat kian membaik. Tetapi,lagi-lagi kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan. Meski nafsu ingin melangkah dan lari tetapi kita masih terpenjara dengan seribu satu persoalan masa lalu.

Orang Jawa bilang mbulet, mondar-mandir bingung di tempat seperti pendaki gunung tersesat kehilangan peta. Bekal logistik menipis, cuaca mencekam, dan gelap kian mendekat. Kita mesti segera keluar dari suasana semrawut ini. Salah satunya dengan memberdayakan pemimpin lokal, terutama jajaran bupati dan gubernur yang proses pemilihannya sangat mahal itu.

Kalau saja para pemimpin lokal itu performed, mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik serta memenuhi janji-janjinya sewaktu kampanye, maka “kebingungan” dan “kekisruhan” di tingkat pusat akan tertolong oleh stabilitas dan kemajuan di tingkat bawah. Untuk sementara ini memang masih sangat mengecewakan. Hanya sedikit gubernur dan bupati yang berhasil membawa perubahan dan kemajuan pascareformasi ini.

Tetapi, ke depan rakyat mesti bersikap cerdas dan tegas, jangan pilih bupati dan gubernur yang tidak meyakinkan untuk membangun daerahnya. Bayangkan saja, apa jadinya dengan masa depan bangsa ini kalau jajaran elite politik dan pemerintahnya sejak dari tingkat pusat sampai daerah tidak bermutu? Bingung dan heboh tengkar.

Maka kekayaan negara akan semakin cepat terkuras untuk gaji serta dikorup ramai-ramai dengan operator kolektif antara pemodal asing dan pemegang otoritas kekuasaan dalam negeri. Dan ini sudah lama berlangsung. Sungguh alasan yang bodoh jika negara ini jatuh miskin karena wilayahnya luas dan rakyatnya banyak. Bukankah China dan India jauh lebih luas lagi? (*)

PROF DR KOMARUDDIN HIDAYAT
Rektor UIN Syarif Hidayatullah  

Ini hasil terjemahan mesin electronic yang automatic, ada salah di sana dan di sini ... namanya juga mesin ... Harap maklum….

Empowering Local Leaders
Friday, 19 March 2010
INDONESIA vast and rich natural gift or a catastrophe of this? If the government-from local to central-not able to organize and manage, all this will be a libel, burden, and disaster.

Without realizing it, incompetence and pessimism often appears. For example, when published advice how Urgency SIN (single identity number) by comparing Malaysia or Singapore, which appeared spontaneous answers: Do not compare Singapore or Malaysia's small population. When he emerged about the traffic chaos and trash everywhere, once argued: Indonesia's vast territory, its people a lot, so do not compare other countries.

If we take the distance and then photographing faces and behavior of this nation, especially the political elite and bureaucracy , which are those that look like a "champion". Feeling great, fierce, but it's not able to accept the legacy and mandate to manage the nation so rich, abundant natural resources. Homeland heritage of this area is not cared for properly.

In fact, natural source of easily sold to foreign investors. The money part is divided in political circles and the ruling elite. Indonesia is like an object like a feast, the government is like a broker or seller heritage treasures its predecessors. In many visits to the area, call it Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Papua, deforestation, and dredging mining areas are visible from above, even more so if it came down.

I could see, how many trillions of our wealth drained out of the country every month but residents some remain poor, poor health, education did not advance, while the state debt. By the logic of ordinary people, so far the government is the people's prosperity or more about her, or casually sell assets because of the nation bodohin foreign capitalists? I myself was not an economist.

But simply using common sense and the government saja.Politisi (ticians) seemed excited and busy, but they really productive to create a surplus for the nation and state? It would be pathetic if the political institutions and our government is like a plane flying around in a taxi on the runway, still consume fuel, pilots and crew are paid, but did not go up and up, take-off, and flying with passengers.

Political and bureaucratic institutions must not become a shelter disguised as philanthropic institutions. Or turned into a kind of catalyst and facilitator for treasure hunters, are no longer productive institutions that create added value (added value) of existing capital to advance the nation. With the emergence of many political parties (political parties) and otonomisasi local government, the aspirations of the people should be heard and considered the government.

Ideally parties are warrior people's institution, not a job with high salary but do not expect the path produktif.Dengan decentralized bureaucracy more effective, simpler, and services to people becoming better. But again the reality on the ground is still far from expectations. Though passion to go and run but we are still imprisoned by the thousand and one problems of the past.

Mbulet Javanese said, pacing confused in places like mountain climbers lost lost map (losing a map). Logistical supplies running low, dreadful weather, and the approaching darkness. We must get out of this chaotic atmosphere. One of them is by empowering local leaders, especially the ranks of regents and the governor of the selection process is very expensive.

If local leaders had performed, is able to perform his duty well and fulfill his promises during the campaign, the "confusion" and "chaos" at the level center will be helped by the stability and progress in the lower level. For a while it's still very disappointing. Few governors and regents who successfully brought about change and progress this pascareformasi.

But, in the future people should be smart and assertive, do not select the regents and the governor is not convincing to build daerahnya.Bayangkan course, what becomes of this nation's future if the elite politics and government since the central and regional level are not qualified? Confused and excited argument.

The wealth of the country will more quickly depleted for salaries and corrupted busy-busy with collective operators between foreign investors and holders of power authorities in the country. And this has lasted a long time. What a stupid reason, if this country were poor due to large area and its people a lot. Is not China and India far more broadly? (*)

PROF DR Komaruddin Hidayat
Syarif Hidayatullah Rector

Monday, March 15, 2010



kalau masih ada, kita bisa terbawa sifat sombong
Kalau sudah Habis, baru kita sadarai apa gunanya:
MERDEKA -  UANG  -  Indra termasuk pengelihatan - dan banyak hal lain-lainnya dalam kehidupan manusia.
Peliharalah baik-baik apa yang kita miliki saat ini .....
Anwari Doel Arnowo - 16 Maret, 2010 



THANKS TO GROUND-BREAKING DEVICE
Blind Soldier Can 'See' with His Tongue
Selasa, 16 Maret 2010 | 07:12 WIB

Craig Lundberg, 24, from Walton, said his life could be transformed by the ground-breaking technology
KOMPAS.com - A soldier blinded by a grenade in Iraq has had his life transformed by ground-breaking technology that enables him to 'see' with his tongue. Lance Corporal Craig Lundberg, 24, from Walton, Liverpool, lost his sight while serving in Bascra in 2007.
Today he revealed he can identify shapes, walk around unaided and even read thanks to a pioneering device. The Liverpool fan, who plays blind football for England, was faced with the prospect of relying on a guide dog or cane for the rest of his life after he was injured.
But he was chosen by the Ministry of Defence (MoD) to be the first person to trial the BrainPort device, which could revolutionise treatment for the blind.
The BrainPort converts visual images into a series of electrical pulses which are sent to the tongue. The different strength of the tingles can be read or interpreted so the user can mentally visualise their surroundings and navigate around objects.
The device is comprised of a tiny video camera attached to a pair of sunglasses which are linked to a plastic 'lolly pop' which the user places on their tongue to read the electrical pulses.
L/Cpl Lundberg explained: 'It feels like popping candy. The camera sends signals down onto the lolly pop and onto your tongue, you can then determine what they mean and transfer it to shapes.
'You get lines and shapes of things, it sees in black and white so you get a two dimensional image on your tongue, it's a bit like a pins and needles sensation.
'It's only a prototype, but the potential to change my life is massive, it's got a lot of potential to advance things for blind people.
'One of the things it has enabled me to do is pick up objects straight away, I can reach out and pick them up when before I would be fumbling around to feel for them.'The BrainPort was created in the U.S.
L/Cpl Lundberg added: "There no way I'm getting rid of my guide dog Hugo though - I love him. This is another mobility device, it's not the be all and end all of my disability'.
The MoD said it expected to pay the U.S. around £18,000 for the device and training to enable the trial to take place. Unveiling the BrainPort at the MoD headquarters in Whitehall, U.S. Major General Gale Pollock who worked on the scheme, said the BrainPort has 400 points sending information to the tongue connection.
Designers plan to expand this to 4,000 points which would vastly upgrade the clarity of the image.
Users cannot speak or eat while using the BrainPort so designers are hoping to create a smaller device that could be permanently fixed behind the teeth or to the roof of the mouth enabling more natural use.
She explained: 'It's just so exciting to finally be able to say to people here is a tool that may help you and start to restore hope to the visually impaired community, it's just wonderful.'
Group Captain Rob Scott who is L/Cpl Lundberg's eye doctor, travelled to the U.S. for the BrainPort trials.
Explaining the workings of the BrainPort, he said: 'It is certainly a device with absolutely huge potential.
'The BrainPort is a device that effectively lets blind people see through their tongue. What it uses is electro-tactile stimulation as a sensory substitution for vision.
'An image is captured by a camera mounted on a pair of spectacles and that pixilated image is translated onto an array of electrodes that's placed on the tongue so something that is darker could be made to tingle more and that sensation on the tongue corresponds to the image that is picked up by the individual and they have to learn what that image actually represents.
'It allows an image of their surroundings to be experienced and helps find your way about a place, it is designed to help orientation in an unfamiliar environment.'


Monday, March 08, 2010

Pasang Implant
Anwari Doel Arnowo
Rabu, 20 Februari 2008

Sore tadi (pk. 15:30 sampai pk 18) selama dua jam lebih saya memasang, tepatnya saya dipasangi  implant. Implant di dalam bahasa Inggris dipakai untuk arti kata yang menggambarkan kegiatan menanam (kata kerja transitifnya: menanamkan). Kata bendanya penanaman. Menanam apa? Yang menanam adalah seorang dokter gigi, drg., dentist. Seorang dokter gigi ya tentu saja pantaslah kalau menanam gigi, gigi manusia. Tentu saja bukan gigi manusia asli tetapi gigi palsu, apabila gigi aslinya sudah tidak bisa dipakai lagi seperti sebelumnya dengan sempurna. Gigi tetap yang asli bisa mulai karies, keropok, berlubang, pecah bagaimanapun sebelum tanggal sendiri atau ditanggal (copot,cabut)-paksakan oleh seorang dokter gigi, atau tukang gigi atau yang lain.
Implant yang dipasangkan oleh dokter gigi di dalam mulut saya itu bukan gigi palsu tetapi hanya penunjang gigi palsu disebut: Dental Implant yang dibuat dari bahan logam [Titanium Alloy (Ti 6Al-4V ELI)] dan ditanam di tempat yang dulu pernah dihuni oleh gigi susu dan yang menjadi tanggal/copot, kerena didorong oleh gigi tetap yang dimiliki oleh orang dewasa. Dental implant ditujukan untuk desain agar dapat duduk diatas tulang rahang. Pemasangan dental implant dilakukan dengan membuat lubang bor untuk akses kedekat tulang rahang sedekat mungkin. Meneliti apa yang terlihat di photo X-Ray (Sinar X – Tembus Pandang) yang biasanya dilakukan dengan membuat panoramic photo (photo yang 360°), seorang dokter gigi pasti mengetahui apa yang akan dikerjakannya. Dari panoramic photolah maka akan terlihat contour tulang rahang dan letak alur urat-urat syaraf yang berada di akar gigi. Semua ini akan menjadi pertimbangan dokter gigi bagaimana melakukan pelaksanaan pemasangan dental implant. Tugas implant adalah memindahkan beban yang diakibatkan oleh kerja gigi palsu ke atas gusi menjadi ke atas tulang rahang.
Dengan cara memindahkan beban ke tulang rahang maka, pada waktu usia bertambah, dan gusi yang menjadi mengkerut karena usia, akan tidak menanggung beban lagi dari kegiatan mengunyah, menggigit serta menyobek makanan di dalam mulut kita.
Seperti diketahui maka gigi manusia itu terdiri dari dua tahapan pertumbuhan, yakni tahap gigi susu (mulai umur 6-8 bulan sampai umur 2 tahun 4 bulan. Jumlah gigi susu yang bentuknya kecil, masih lemah ini, akan lengkap pada umur 2 tahun 4 bulan, itu berarti menyamai angka yang sama dengan angka dari  tanggal kalender bulan Februari 2008, ketika saya selesai menjalani proses pemasangan implant  di klinik dokter gigi, yakni: 20.
Pada usia kanak-kanak mencapai 6 tahun, mulailah tumbuh gigi geraham pertama, geraham kedua dan geraham ketiga, masing-masing 3 buah di kiri dan di kanan. Pertambahan enam buah gigi graham ini selain tumbuh di rahang bawah-mandible juga tumbuh di rahang atas-maxilla, juga di kiri dan di kanan.
Dengan demikian gigi tetap manusia dewasa yang telah lengkap, tumbuh sebanyak dua puluh ditambah enam di rahang bawah dan  enam di rahang atas menjadikan jumlah  keseluruhannya menjadi sebanyak tiga puluh dua buah gigi.
Sesungguhnya jumlah seluruh gigi yang bisa tumbuh di dalam mulut manusia normal adalah 52 buah. Hal ini karena termasuk dihitung dan dimasukkan jumlah gigi susu yang akhirnya tanggal (copot, tercabut) semua, sesuai usia itu, disebabkan karena terdorong keluar dari gusinya. Terdorong keatas untuk gigi-gigi yang ada di rahang bawah dan terdorong kebawah untuk gigi-gigi yang ada di rahang atas. Gigi susu, seperti telah disebutkan diatas, sudah mulai berguguran  (copot sendiri) atau memang dicopot oleh dokter gigi atau tukang gigi.
Setelah masa pengabdian gigi tetap selama usia dewasa manusia, gigi tetap ini sudah tanggal atau ditanggalkan, seperti biasanya, di tempat bekas di mana gigi tetap tadi, akan dipasangi gigi palsu.
Pemasangan biasa menggunakan cara ditanam, atau ditumpangkan di atas gusi,  tetapi “didudukkan dengan diikat” menggunakan gigi (atau gigi-gigi) yang terdekat letaknya sebagai tempat titik ikat. Letak bekas gigi ini sebaiknya tidak dibiarkan terbuka atau ompong terlalu lama. Hal ini disebabkan karena biasanya akan menyebabkan kedua gigi yang terletak di sebelahnya akan condong untuk menjadi miring kearah tempat luang di tempat di mana berada bekas gigi yang sudah meninggalkan tempatnya, sudah tidak ada lagi di situ. Kondisi kedua gigi menjadi miring posisinya di gusi, tidak vertikal, akan menyebabkan kedua gigi itu goyah dan tidak stabil serta menimbulkan rasa tidak nyaman, bahkan rasa nyeri atau sakit, kalau dipakai menggigit sesuatu.
Bagi mereka yang beruntung di anugerahi usia panjang di atas 65 tahun, maka amat penting secepatnya mengamati gigi dengan cara lebih teliti serta detil. Masih belum terlambat, sebab saya telah melakukan pemasangan dental implant pada umur 70 tahun.
Yang terjadi di dalam mulut saya, rahang kiri dan kanan saya baik di bawah maupun di atas, banyak gigi telah tanggal (copot) sejak beberapa puluh tahun terakhir ini.
Saya mengunjungi dokter gigi untuk pertama kali ketika saya masih berumur sembilan tahun, sendiri tanpa ditemani ayah atau ibu. Ibu sedang tidak bisa mengantar saya dan ayah saya sedang berada di daerah pedalaman, bergerilya. Saya ingat saya sakit gigi yang tak tertahankan rasa sakitnya dan saya pergi sendirian ke seorang dokter gigi di kota Malang, waktu seluruh keluarga ayah saya telah mengungsi dari Surabaya ke kota Malang, yang masih daerah Republik. Dokter ternyata mencabut gigi saya yang sakit itu dan hilanglah sakitnya. Saya tidak ingat diberi anti biotik, apalagi diberi anesthesi atau anesthesia (bisa juga dieja anaesthesia). Jadi proses pencabutannya memang seperti itu pada tahun 1947, apalagi suasana perang dengan tentara belanda, semua serba darurat dan memang obat-obatan langka atau tidak ada. Bagaimanapun penghilangan rasa sakit memang amat berhasil seratus persen, dan saya berterima kasih saja kepada pak Dokter Gigi. Sekarangpun saya amat heran tidak bisa mengingat saya membayar atau tidak membayar jasa dokter waktu itu.
Pada sekitar umur saya mencapai enam puluh tahunan, saya sudah memiliki gigi palsu sebanyak sekitar 50% dari gigi tetap yang seharusnya berjumlah 32 buah gigi itu. Rahang bawah saja sudah mengalami kehilangan gigi sebanyak 11 gigi tetap.
Satu buah gigi taring (canine) sebelah kanan di mandible (rahang bawah) telah dipasang sebuah gigi palsu berupa mahkota (crown) yang diikat dengan menggunakan screw-sekrup ulir dari bahan anti karat, dimasukkan dengan cara diputar ke dalam tulang gigi yang tersisa yang masih kokoh di dalam gusi.
Sisanya, sebanyak delapan gigi palsu empat buah masing-masing di kiri dan di kanan diikat menjadi satu dengan satu ikatan yang dihubungkan satu sama lain dengan kokoh.
Dalam kondisi seperti ini saya bisa mengunyah dengan baik dan tidak menyebabkan bagian-bagian tubuh atau organ tubuh menjadi bekerja keras ikut menghancurkan makanan yang saya konsumsi atau saya cerna. Saya menikmati makanan sekeras kacang goreng minyak maupun goreng tanpa minyak, saya masih menikmati macam-macam sate, rawon, rujak cingur.
Masakan Thailand, China atau Jepang dan steak daging sirloin maupun tenderloin atau ribs (iga), bahkan sea food saya makan dengan mudah. Saya sama sekali tidak mempunyai keluhan apapun terhadap makanan yang terhidang dihadapan saya, kecuali yang memang tidak doyan.
Pada momen-momen seperti inilah yang telah saya sebutkan di atas, mulai pengamatan saya terhadap alat gigit dan alat kunyah serta alat penyobek makanan yang ada di dalam mulut saya, yaitu seperangkat gigi saya, baik gigi asli maupun gigi palsunya. Ternyata pengamatan saya terhadap gigi saja kurang cukup kalau saya tidak mengalami kesempatan melihat gusi (gum)saya secara lebih detil. Gusi adalah semacam daging yang komposisinya tidak persis dengan daging manusia yang ada di dalam jaringan-jaringan di bagian tubuh yang lain. Dari sumber bacaan di buku-buku dan dari percakapan dengan orang-orang di sekitar saya, juga karena saya mengingat apa yang terjadi kepada gusi ayah saya sekitar empat puluh tahun yang lalu.
Saya ketaui bahwa gusi tidak tetap bentuknya pada setiap tahun berjalannya umur manusia. Bentuk gusi bisa berubah karena beban-beban yang dideritanya dalam menjalani tugasnya selaku gusi. Hal ini bisa mengakibatkan pengaruh selanjutnya berupa tulang yang resorb-melesak masuk karena beratnya beban  yang menjadi penyebab bagian samping muka orang menjadi mengkerut dan keriput sehingga membuat penampilan yang kurang sedap dipandang.
Jaringan gusi ini juga berubah bentuk dan ketahanannya sesuai dengan umur siempunya, yakni saya, anda dan kita manusia pada umumnya. Dengan beban gigi palsu saya sebanyak delapan buah seperti saya sebutkan, empat di kiri dan empat dikanan, maka kemungkinan gusi saya selain berubah bentuk karena beban, juga akan berubah ketahanannya.
Bentuknya menjadi mengkerut atau menurun garis sentuhnya dengan perangkat gigi palsu, sebagai akibat dari tulang yang resorb.
Tahun lalu sewaktu saya berada di Toronto saya sempat berdialog dengan dokter gigi saya di kliniknya. Dia mengatakan sebagai berikut: “Don’t worry too much about your gum, it is still strong to be used by you now. Perhaps another year, then  we shall see to that” – Janganlah terlalu khawatir mengenai gusimu. Masih cukup kuat dan berfungsi baik. Mungkin setelah satu  tahun sejak sekarang kita akan periksa kembali.”
Semua dokter di Kanada, dan dokter gigi tidak terkecuali, selalu terlebih dahulu lebih mengutamakan / menangani yang emergency-darurat, dan kemudian membuat janji perawatan. Janji perawatan semacam ini paling sedikit (paling cepat): satu bulan dimuka.  Ada yang harus menunggu perawatan gigi lebih dari enam bulan hanya karena itu tidak dianggap emergency.
Di Jakarta, saya mengenal seseorang yang bekerja di sebuah perusahaan  bernama PT Megantara Persada Utama Perdana Dental (disingkat MPU DENTAL) yang mengimport implant gigi dengan menggunakan merek dagang BICON buatan Amerika Serikat.
Mulailah saya melakukan penjajagan dan penelitian kecil, apa bisa saya ikut menggunakan kesempatan ini untuk melakukan langkah nyata, serta tidak menghiraukan dentist Kanada tersebut. Saya lihat dalam websitenya di http://www.bicon.com bahwa mereka adalah yang pertama di  dunia. Pertama dalam research sejak tahun 1965 dan mulai memproduksi pada tahun 1982, meskipun banyak dokter gigi yang baru-baru ini saja, pernah mendengar dan melihat Bicon. Ada merek lain yaitu Nobel Biocare dan Straumann yang buatan Amerika serta Osstem yang buatan Korea beredar di Indonesia. Saya putuskan untuk menjajagi semua aspek yang mungkin saya alami kalau saya melakukan pemasangan dental implant di Jakarta dan juga tidak lupa mencari tau berapa biaya yang harus dibayar dari segi pembiayaannya.
Saya mendapat keterangan bahwa untuk pemasangan dental implant dan termasuk jasa dokter serta pembuatan gigi palsu yang dipasangkan diatasnya, biayanya  minimum sekitar 15 juta Rupiah per satu implant dan per satu gigi palsu. Saya belum tau tepatnya berapa kalau hal ini dilakukan di Toronto, Kanada atau di Amerika Serikat. Menurut perkiraan saya pribadi, kemungkinan biayanya akan sekitar lima kali dari biaya di Jakarta. Ini mengingat bahwa untuk mengganti sebuah gigi yang rusak dan disertai memasang penggantinya (denture) saja biayanya mencapai Canadian Dollar 1500 atau juga sekitar lima belas juta Rupiah.
Sebanyak empat buah dental implant dipasang dua di kiri dan dua di kanan di rahang bawah saya. Panjang implant yang terpasang adalah jenis yang 8 milimeter panjangnya. Dibuat lubang bor sebanyak empat buah dan ditanamkan empat buah implant, di dalam lubang-lubang tersebut.
Karena sudah di anesthesia maka saya tidak merasakan sakit yang sangat sama sekali. Saya sempat melihat sendiri melalui sebuah kaca cermin yang saya pegang dengan tangan kiri semua proses yang dilakukan dokter gigi dan asistennya.  Dari membuat lubang bor, menginsisi (incision)-mengiris/menoreh memasukkan dental implant dan dan memasukkan implant dengan mengetokkan malet benda kecil berbentuk hammer (palu).
Kemudian menjahit-hetching atau suturing bekas torehan di atas satu per satu. Saya juga mencoba mengambilh photo melalui telepon celullar saya, akan tetapi hasilnya kurang bagus. Hal terakhir ini karena over exposed disebabkan oleh lampu sorot dokter gigi yang terlalu terang bagi camera saya. Lucu juga melihat photo mulut saya sendiri tetapi seakan malah ada cahaya keluar dari arah mulut keluar dengan terang sekali. Kalau saja saya mengaku sebagai seorang sakti yang bisa memuntahkan cahaya seperti itu, mungkin orang bisa percaya ... Menurut petugas dari MPU DENTAL, saya adalah yang dipasangi sebagai nomor urut 3000, artinya nomor 2007, 2008, 2009 dan 3000 dental implant merek Bicon terpasang di dalam mulut saya sekarang. Saya bukan pasien ke-3000, karena seseorang bisa dipasangi lebih dari satu buah implant. Jadi yang telah dilakukan kepada saya masih termasuk tahap yang amat awal di Indonesia.
Kalau saja diambil perkiraan bahwa ada sebanyak yang sama orang Indonesia yang  dipasangi implant dari setiap produk pabrik yang lain, dengan jumlahnya yang sama maka keseluruhan implant yang dipasang di Indonesia itu baru mencapai empat merek dikali tiga ribu implant maka jumlah seluruhnya baru mencapai sekitar dua belas ribuan implant. Tidak banyak memang, karena penduduk Indonesia seluruhnya ada dua ratus tiga puluh lima juta jiwa.
Dari pengalaman anak saya yang tinggal di Toronto, Kanada hanya untuk melakukan penambalan (plombir atau filling) satu gigi berlubang serta membersihkan gigi saja, dikenakan biaya sebesar Canadian Dollar 600, yang waktu itu rate Dollar Kanada dengan Amerika Serikat adalah satu point satu dibandingkan dengan Dollar Kanada. Saat itu nilai Dollar Amerika Serikat lebih rendah, menjadikan jumlah tersebut di dalam Rupiah mencapai enam juta lebih.
Saya ingat sebuah peristiwa seorang anak muda warga negara Kanada berkulit putih, kurang dari tiga puluh tahun umurnya, akan tetapi lebih sembilan puluh persen giginya sudah tanggal dan ompong. Hal ini menyebabkan menjadi penghalang bagi dirinya dalam mencari pekerjaan.
Karena masalah ini mencuat di koran Toronto Star, maka mulai berdatanganlah tawaran dari para dermawan yang ingin ikut memberikan sumbangan berupa uang, termasuk para dokter gigi yang menawarkan jasanya dengan gratis. Pada pertengahan tahun 2007 selesailah perawatan gigi secara menyeluruh terhadap dirinya dengan gratis, berkat sumbangan-sumbangan dan terpampanglah kembali photonya di koran Toronto Star. Kali ini photonya dengan tersenyum simpul dan roman muka yang gembira ria serta cerah. Tak lupa giginya menjadi fokus yang utama. Ternyata media cetak itu bisa sekali menjadi amat berguna untuk kasus seperti ini.
Saya berpendapat bahwa gigi amat penting bagi upaya mencerna makanan secara benar dan perawatan tubuh agar sehat dan malah  menjadikan penampilan pada umumnya lebih baik dan keren. Yang saya alami adalah banyak sekali orang memberi saya diskon umur karena salah menyangka umur saya masih  jauh dibawah yang sesungguhnya, 70 tahun pada bulan Mei nanti. Itu adalah  tiga bulan lagi sejak sekarang.
Semua berkah ini adalah berkat gigi yang kondisinya prima dan olah raga yang teratur, hanya berjalan kaki (tidak usah lari) selama 30 menit menempuh tiga kilometer jauhnya setiap hari. Sudah sepuluh tahun saya berjalan setiap hari secara rutin. Olah raga (sport) mental saya adalah menulis banyak-banyak, demi kesehatan otak agar tidak senile (pikun). Saya dengan istri selalu mengkampanyekan kepada kawan-kawan kita agar menjaga kesehatan biar menjadi  tetap AWET TUA. Awet tua akan menyebabkan tidak aneh karena bersikap awet muda, tetapi panjang umur dan sebisa mungkin tetap dalam kondisi sehat walafiat.

Anwari Doel Arnowo
Rabu, 20 Februari 2008

---ooo000ooo---

Tuesday, March 02, 2010

Smile
Though your heart is aching
2 Maret, 2010


















Be a good sport
in
S P O R T