House Minority Leader Lawrence F. Cafero Jr. , R-Norwalk, pictured standing, far right, speaks while colleagues Rep. Barbara Lambert, D-Milford and Rep. Jack F. Hennessy, D-Bridgeport, play solitaire Monday night as the House convened to vote on a new budget. (AP) The guy sitting in the row in front of these two.... he's on Facebook, and the guy behind Hennessy is checking out the baseball scores. These are the folks that couldn't get the budget out by Oct. 1, and are about to control your health care, cap and trade, and the list goes on.... KEEP THIS GOING, DON'T LET IT STOP WITH YOU! CONSIDER VOTING ALL INCUMBENTS OUT NEXT NOVEMBER |
Thursday, February 25, 2010
Tuesday, February 23, 2010
Kemajuan masalah Kerta Api kelas top di dunia.
Surabaya Jakarta cuma dua setengah jam?? Kapan??
Kita sudah benar pernah mempunyai seorang Presiden yang memilih berteman baik dengan Mao Dze Dong (dulu Mao Tse Tung) dan Chou En Lai dari Repoeblik Rakyat Cina , dan Jawaharlal Nehru dari India.
Kedua negara ini sekarang raksasa dunia.
Tetapi sejarah membuktikan Bung karno dijatuhkan dan "menyerahkan" negara kita kepada pihak lain (anda tau sendiri kan?)
Bacalah posting di bawah ini:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/8406910.stm
World's fastest train unveiled in China
http://www.gluckman.com/Maglev.html
Is it a Bird? A Plane?
Nope, only Shanghai 's flashy new Maglev, the world's fastest train. Way ahead of its time seven decades ago, the still-futuristic magnetic levitation system may yet redefine travel everywhere.
http://timesofindia.indiatimes.com/articleshow/5382285.cms?prtpage=1
China launches world's fastest train service
Saibal Dasgupta, TNN, Dec 26, 2009, 08.42pm IST
The new service will cut the travel time between these cities by more than six hours. The train reached a maximum speed of 394.2 km per hour during trail runs that begun on December 9. The commercial operation was launched today with two trains covering the distance while passing through 20 different cities along the route.
The high speed line will use technology developed in co-operation with foreign firms such as Siemens, Bombardier and Alstom, sources said.
The new service is expected to act as a catalyst in the development of central
Chinese railway authorities pointed out that the average speed of the high-speed railways is 243 km per hour in Japan, 232 km per hour in
The era of high speed railway began in
The government recently announced it plans to build 42 high-speed lines by 2012 in order to spur economic growth amid the global downturn.
Monday, February 22, 2010
NGOCEH KHAYAL
Anwari Doel Arnowo – 20/02/2010
Saya pernah mengoceh: “Kalau misalnya saya memiliki sejumlah uang tunai yang jumlahnya seratus juta Dollar Amerika Serikat, bagaimana saya mengelolanya?? Begini: 1. Saya tidak akan menaruhnya di bank manapun, di perusahaan bidang keuangan apapun baik berupa
2. Saya akan membuat sebuah bangunan yang tahan terhadap gangguan bencana alam, gangguan-gangguan keamanan apapun termasuk pencurian-pencurian yang menggunakan setan dan tuyul. Tetapi saya akan tetap mengasuransikan segala risiko yang bisa di kelola oleh perusahaan asuransi, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri.
Begitu niat saya, biarpun saya tidak memiliki seratus juta USDollars !
Apa sebab ada niat saya yang seperti itu?
Pertanyaannya: “Apakah saya melanggar sesuatu yang legal kalau berbuat seperti itu??”
Saya tau kalau dalam hal ini saya adalah seorang pejabat pemerintah, maka saya wajib melaporkannya. Saya ini bukan pejabat dan tidak terlibat dengan proyek pemerintah yang manapun, kemana saya harus melapor?! Apa tidak cukup dengan NPWP saja?? Pihak Pajak harus menahan diri untuk mengobok-ngobok saya. Saya pasti sudah siap dengan segala keharusan tertib administasi yang disyaratkan oleh undang-undang bagi diri saya sebagai penduduk sipil. Kalau misalnya ada upaya mengobok-obok kekayaan ini, maka saya akan mengajukan pertanyaan yang bernuansa gugat legal. Mengapa rakyat biasa yang tidak memiliki uang sesenpun atau yang bahkan minus karena berutang kepada orang atau pihak lain, mereka tidak di obok-obok juga??. Kalau tidak ikut diobok-obok, berilah mereka yang miskin ini peluang bekerja yang baik dalam upaya mendapatkan nafkah yang halal. Masak mereka jumlahnya bisa mencapai sekian belas persen dari jumlah penduduk penduduk, dan tetap saja melarat meskipun sudah merdeka selama lebih dari 64 tahun atau delapan windu ??
Mana subsidi silang yang didengung-dengungkan itu? BLT (Bantuan Langsung Tunai)? Bukankah terbukti amat tidak mangkus?
Apalagi media mensinyalir bahwa BLT selalu dekat dengan urusan Pemilu?? Wallahualam …
Saya membaca bagaimana akibat yang menjengkelkan seseorang yang bertempat tinggal di Austin -
http://www.thesun.co.uk/sol/homepage/news/2859730/Suicide-pilot-hits-tax-HQ.html
Begitulah nasib seorang yang ada masalah dengan Kantor Pajaknya. Tidak mungkin orang ini, Joseph Stack, yang baru berumur 53 tahun bisa jengkel seperti ini, kalau tidak merasa terganggu berlebihan. Janganlah perbuatan mengganggu dari pihak Kantor Pajak sampai terjadi di negeri kita. Kantor Pajak
Saya duga masih amat banyak yang bisa ditarik pajak kegiatannya sehingga tidak menimbulkan
Apa sebab topik Pajak saya kemukakan di sini??
Saya hanya ingin menunjukkan kepada para petugas intelijen Kantor Pajak bahwa masyarakat yang seperti itu masih banyak yang luput dari pandangan mata Kantor Pajak.
Pajak adalah sumber pandapatan Negara yang halal sesuai undang-undang. Sumbernya BUKANLAH hasil tambang yang manapun, minyak, gas dan energi lain serta mineral. Kalau pendapatan Negara amat tergantung kepada hasil tambang maka akan merusak lingkungan yang mejadi milik anak cucu, sekarang maupun di kemudian hari.
Janganlah kita mendidik anak cucu kita saat ini dengan memberi contoh menggali hasil tambang melebihi kebutuhan kita sendiri saat ini, menjualnya dengan mentah/bulk tanpa mengolahnya terlebih dahulu. Kita akan teruskan menjual minyak mentah tanpa menyulingnya terlebih dahulu?? Berapa tenaga kerja yang akan terserap di industripenylingan minyak – oil refinery, kalau minyaknya disuling dahulu? Berapa hasil pajak karenanya?? Ah masa pemerintah tidak tau??
Batalkan saja sebagian besar atau malah seluruhnya, kontrak-kontrak minyak dan gas alam serta energi batubara dengan semua pihak asing, dan kita bayar dendanya karena pembatalan itu. Jumlah denda, pada masa jangka panjang, pasti akan bisa menunjukkan angka plus dibandingkan dengan cara serakah sekarang. Kita ini adalah orang tua yang serakah, tidak mau bekerja lebih keras dan malah mendapatkan hasil yang akhirnya toh terlalu banyak dikorup oleh para koruptor yang nota bene adalah pegawai pemerintah kita, dan selama ini dibayar gaji-gajinya serta kemewahan hidupnya, dengan menggunakan uang rakyat.
Masa pegawainya rakyat kok menyusahkan rakyat.
Ingatlah selalu: RAKYAT ADALAH MAJIKAN.
Anwari Doel Arnowo – 20/02/2010
Komentar:
Whahahahaha itu benar pak Anwari, pantaslah kita protes kepada petugas pajak...
Lucu pak, saya ini tadinya merasa ingin menjadi a good citizen, jadilah say
apunya NPWP dengan membayar pajak, eh jika waktunya membayar, justru kita yang
diubek2 kayak maling ayam... hanya karena katanya saya menunggak? Padahal ada
bukti pembayaran2 yang lalu, tetapi mereka masih ubek2 bahwa yang lalu itu benar
atau tidak? Bikin urusan jadi rumit dan menghabiskan waktu berhari2. Padahal
banyak sekali yang super kaya yang NPWP aja mereka ngak punya.. Katanya kalau
keluar negeri ya bayar aja biaya fiskalnya daripada bayar pajak yang azubillah
rumitnya.
Kantor pajak itu sekarang keterlaluan pak, penduduk yang berpenghasilan lebih
dari 1.5 juta harus punya NPWP dna bayar pajak. Kalau dulu bisa membayar dan
lapor pajak setiap tahun, sekarang harus tiap bulan, dimana harus mengikuti
antrean orang banyak di kantor pajak, mengabiskan waktu berjam2 untuk dipanggil.
Peraturan baru pajak, jika menunggak akan di denda sebanyak 200 ribu perbulan,
setahun 2.4 juta. Gawat ngak? Sementara banyak bad citizen yang ounya
penghasilan super besar, tapi enak2 tidur di rumahnya tanpa punya NPWP. Aneh
sistem pajak di negara sendiri jadi momok bagi para good citizen.
Salam hangat
Angel
Thursday, February 18, 2010
The real art of conversation is not only to say the right thing in the right place but to leave unsaid the wrong thing at the tempting moment. -- Dorothy Nevell
The only thing of value we can give our kids is what we are, not what we have. -- Leo Buscaglia
Tuesday, February 16, 2010
METAFISIKA
Anwari Doel Arnowo – 14 Februari, 2010.
Untuk mengerti lebih baik apa arti kata yang digunakan untuk judul ini, saya silakan membuka dua link di bawah ini, satu dalam bahasa Indonesia dan yang satu lagi dalam bahasa Inggris.
http://en.wikipedia.org/wiki/Metaphysics
http://staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/09/02/cyber-world-suatu-kenyataan-atau-ilusi-belaka/
Di dalam link ini dikutip satu bagian yang menarik hati saya, yang bisa membantu menerangkan mengenai kata metafisika sebagai berikut: pembahasan mengenai realitas, kualitas, kesempurnaan, yang-ada, yang tidak terdapat dalam dunia fisik, tetapi menguasai dunia fisik.
Hari ini, 14 Februari 2010, selama sekitar tiga jam saya berada di sebuah kumpulan anggota masyarakat yang terdiri dari bermacam-macam asal dan tingkat pengetauannya serta pengalamannya yang mereka miliki.
Ini pengalaman saya yang pertama kali, berada di antara mereka yang mempunyai hal istimewa “pengetauan” yang sejenis. Yang saya sebut sejenis itu adalah bidang metafisika, karena di tempat di mana saya hadir ini membentang sebuah spanduk yang berbunyi: Selamat Datang Para Peserta Sarasehan Metafisika Study Club.
Di meja moderator ternyata sudah disediakan beberapa kursi dan dalam hampir seluruh acara, duduk di situ:
1. Dr. Sabdono Surohadikusumo mantan Ketua Ikatan Paranormal Indonesia,
2. Permadi, SH sang paranormal yang terkenal,
3. Ibu Ani tidak lain dari Ani Sekarningsih yang menulis sebuah Paperback: Osakat, Anak Asmat Memburu Kalacakra,
dan yang keempat last but not least adalah:
4. Nyonya Laurent atau Mama Loren, sang peramal yang kondang.
Pak Sabdono, usianya lebih senior dari saya, membuka acara ini dengan kata-kata yang biasa, tidak menggebu-gebu suaranya, memberi gambaran kepada saya sebagai orang yang awam mengikuti sarasehan semacam ini serta masyarakat seperti apa yang ditampung di dalam sarasehan seperti ini. Banyak hal yang disinggung dengan serius di dalam pertemuan ini, yang merupakan hal baru maupun hal yang sudah pernah saya dapatkan di media tulis cetak maupun media maya internet. Pembicaraan semua peserta bisa saja mengikuti topik: fakta-fakta lingkungan hidup, bencana alam, politik dan kepercayaan agama. Kebetulan setelah merenungkan hal-hal yang diungkapkan di dalam sarasehan tersebut, saya teringat banyak hal yang sebelum ini sudah saya masukkan ke dalam ingatan saya, telah tanpa sengaja saya lupakan, karena saya mungkin merasakan kurang perlunya saya memerdulikan lebih mendalam. Yang baru bagi saya tentu saja banyak juga yang lain, di antaranya mengenai kalacakra dan yang disebut dengan istilah channeling. Saya baru mengetaui mengenai adanya ilmu yang mendalami hari dan tanggal lahir serta susunan nama seseorang, yang menggunakan istilah kalacakra. Juga saya telan saja waktu pak Sabdono menyebutkan bahwa diperlukan sekitar tiga puluh orang yang mempunyai kemampuan channeling, apa ini? Ternyata saya baru tau setelah seorang peserta yang duduk di sebelah kanan dari seorang teman saya yang persis sebelah kanan saya. Teman saya ini terlihat berbicara dengan dia dan kemudian menerangkan sesuatu. Dia mengenalkan teman bicaranya itu sambil berbisik kepada saya, bahwa orang di sebelahnya itu adalah seorang paranormal. Saya berbisik kembali kepadanya jadi kita berdua ini orang para tidak normal dong? Teman saya ini terseyum ditahan dan dia, sang paranormal itu, setelah bersalaman dengan saya, menunjuk seorang yang sedang berbicara di dekat meja moderator, katanya si pembicara adalah seorang yang sedang berbicara tetapi ‘sesungguhnya’ bukan dia yang berbicara. Haaa???? Saya sedikit terkejut! Jadi menurut pengertian saya, orang yang berbicara itu “dimasuki’ ruh atau jiwa lain dengan sukarela atau aktif bersedia dimasuki, dan menjadi “speaker” bagi yang memasukinya.
Di depan mata saya seorang yang kurus, perempuan dan lumayan semampai tinggi badannya mungkin di atas 165 centimeter, berasal dari bali dan datang dari sana pagi tadi, memulai kata-katanya seperti menggumam dan dengan sempurna menghadap kepada hadirin dan mengeluarkan kata-kata banyak sekali. Pembicaraannya meliputi semua hal dari lingkungan hidup dan hidup selaras dengan sekitarnya tetapi dilandasi cinta dan kasih. Selanjutnya kata cinta mendominasi pembicaraannya, dan pada waktu ini, saya mendapat informasi bahwa yang berbicara itu bukan dia. Agak terusik juga saya mendegarnya, kalau saja saya sendirian, bulu kuduk saya akan berdiri. Ah ini masih belum pukul dua belas siang dan di sekeliling saya memang banyak orang-orang yang tidak biasa. Saya tetap memegang pendapat saya bahwa saya adalah orang biasa. Biasa sekali. Amat biasa.
Sambil mendengar para pembicara di meja moderator berbicara, ada saatnya si paranormal yang di sebelah kanan dari kawan saya itu tiba-tiba bertanya kepada saya menanyakan kapan saya ke Kanada lagi. Saya kaget, kok dia tau? Teman saya segera berbicara kepada saya, bahwa dia tidak menyebut-nyebut mengenai saya dan Kanada, lalu mana mungkin dia tau?? Dia bertanya apa saya di
Dia tiba-tiba menganjurkan saya untuk pergi ke Spanyol dan mengunjungi sebuah mesjid dengan kubahnya yang besar di Cordova. Saya bertanya apa yang saya bisa lakukan di
“Siapa pelindung dia (maksudnya saya) ?? Siapa namanya??” Sang paranormal menjawab: “Sayyidinah Ali” Lho apa pula ini? Apalagi teman saya ini menanyakan apakah di dalam darah saya ada keturunan Arab? Hampir meledak tawa saya karena geli, beruntunglah untuk menjaga sopan santun saya tidak tertawa. Saya jawab ya mungkin saja, toh yang namanya Sayyidina Ali ini
Dia teruskan bahwa yang selalu ada di sekitar saya adalah dua “orang” lagi, dan dia tidak melanjutkan dengan klarifikasi siapa saja. Sayapun tidak bertanya lebih jauh, dengan alasan karena terlihat Permadi memulai giliran berbicaranya. Saya lihat sang paranormal meninggalkan tempat duduknya dan pergi entah ke mana sampai saatnya kita selesai makan siang, saya tidak melihat dia lagi setelah saat itu. Saya juga tidak berusaha mencarinya. Pengalaman-pengalaman yang sifatnya spiritual seperti itu biasanya saya lupakan saja, akan tetapi kali ini saya tuliskan agar tidak terlupa lagi. Siapa tau ada kaitannya dengan sesuatu pada masa yang akan datang,
Permadi SH, seperti telah diduga, sebagai seorang peramal terkenal dan mantan anggota dpr dari fraksi PDIP serta sekarang dia telah “pindah” ke Partai Gerindra, pasti akan mengeluarkan uneg-unegnya dengan gaya seorang orator yang meniru Bung Karno, mencela agak berlebihan pemerintahan SBY dan yang mana saja di masa yang telah lalu kecuali Bung Karno!! Mengungkap fakta bahwa apa yang dipercayainya adalah Pakem Jawa dan segala sudut sejarah Raja-Raja Jawa era
Sebelum giliran Permadi, SH ini memang Ibu Ani Sekarningsih agak lama menerangkan megenai masalah yang dikemukakannya, yakni mengenai pendalamannya menggunakan ilmu Kalacakra. Dia sudah melakukan penghitungan dengan menggunakan ilmu ini dan mendapatkan kesimpulan bahwa SBY tidak akan jatuh di tengah jalan, jadi justru dia menganjurkan agar kita semua memberi dukungan, agar bangsa ini terbebas dari perbuatan anarkis yang tidak dikehendaki. Anjuran ini saya anggap baik-baik saja, demi persatuan bangsa. Tetapi terbersit di dalam pikiran saya untuk untuk bisa membantu pemerintahan ini, apakah presiden bersedia memberi peluang untuk mendukungnya dengan memperhatikan rakyat lebih baik?
Pada beberapa saat waktu Permadi berbicara, muncullah Mama Loren yang duduk di atas kursi roda, diumumkan oleh pembawa acara bahwa beliau ini baru saja selesai dirawat dan keluar dari Rumah Sakit dan nanti makalahnya yang telah disiapkan akan dibacakan oleh salah seorang anggota Panitia. Cukup panjang bunyi makalahnya yang juga menyebut tentang kemungkinan-kemungkinan bencana alam karena poros bumi yang berubah letaknya dan akan menyebabkan Kutub Utara mencair dan air laut pasang naik sampai
Kesimpulan saya, sebagai orang yang tidak pernah mau memperhatikan ramalan-ramalan astrologi dan lain-lain yang agak ghaib, tidak usahlah seorang Mama Loren, dalam hal itu semua orang yang ikut membaca apa yang telah saya baca, pasti akan berpendapat yang sama dengan saya.
Meskipun demikian ada yang saya garis bawahi dari kata-kata Mama Loren ini mengenai manusia
Ke-tidak-sesuaian pikiran saya ini di dalam banyak hal yang saya kemukakan di atas, adalah karena saya pikir disebabkan: para pembicara ini sedang menghadapi para hadirin yang kurang homogen, tidak sejalan dalam cara pemahamannya dan pemikirannya dengan yang berbicara, oleh bermacam-macam sebab. Antara lain kalau saya kaji dalam-dalam, mengapa saya sampai mau hadir di sarasehan seperti ini, saya tidak bisa menerangkannya. Saya merasakan situasi yang asing bagi diri saya berada di situ, beberapa yang hadir di
Adakah sesuatu yang ghaib yang telah mendorong dan “membawa” saya ke satu ruangan dengan mereka??
Anwari Doel Arnowo
14/02/2010 - 21:51
Thursday, February 04, 2010
BBC News, Banda Aceh
It is Saturday night, and the streets of Banda Aceh are packed. Cars and motorcycles jostle for space on the roads, while "Bentor" taxis - motorcycles attached to wheelbarrows - scout for passengers.
Like any big city in Indonesia, Banda Aceh comes to life at the weekends. It is hard to believe that this city was once a devastated wasteland, laid to ruin by the powerful tsunami that destroyed everything in its trail just five years ago.
But it is not just the brand new roads and fancy buildings that are different about this place now. There are also the Sharia police. They were set up in Aceh in 2003 but only started their operations in Banda Aceh after the tsunami.
I went to visit them before some of the officers were due out on their evening patrols.
There I met Iskandar, head of the religious taskforce in the Banda Aceh district, who was busy barking out orders to the rest of his team before they went.
"The duty of the Sharia police in Aceh is to keep the regulations of Islamic law, to make the Acehnese care about their religion," he told me as he showed me around their dingy offices.
Beach patrol
The Sharia police see themselves as the guardians of Islam in Aceh.
Decked out in military-style, olive-green uniforms and berets, they cruise the streets in their open-top vehicles, looking for anyone breaking Islamic law.
Their first stop is the beach. It is a popular destination for teenagers in Aceh at night.
A romantic ballad plays on the speakers, while young couples lounge on plastic chairs, in front of makeshift cafes.
Boys in their jeans and some girls in their jilbabs, eating corn on the cob and sipping Coca-Cola.
A picture of harmless, innocent adolescence.
Zaki Almubarak
But the party does not last long. The Sharia police are here - and they zero in on their first target. A young boy and girl, sitting too close to one another in the dark.
What happens next would be almost farcical if it was not so humiliating for those involved. The Sharia police surround the couple, demanding to see their identity cards.
The young girl, wearing a bright yellow jilbab, turns away, too embarrassed to speak.
The boy, clean shaven and handsome, tries to explain that they were doing nothing wrong - just hanging out and talking, but is cut short by one of the men in charge.
They are told to get out of the dark and leave the beachfront. It is late and they should not be out at night - especially since they are unmarried and not related to one another by blood.
"Under our laws, an unmarried man and woman who sit alone together in the dark are immoral," Zaki Almubarak tells me.
"To prevent them from committing adultery, we stop them."
Veranda of Islam
Religious law has penetrated all parts of Aceh's life - even making its presence felt at an ordinary high school basketball game.
Like anywhere else in the country, the youngsters cheer enthusiastically for their teams.
But here in Aceh there is a difference - the boys and girls sit on opposite sides of the court.
They are forced to sit apart by the Sharia police who are patrolling the auditorium looking for any violations of Islamic law.
Nindy, 18, has come to watch the game with her female friends, but, unlike the other girls, she stands out because she does not wear the traditional Muslim headscarf.
She refuses to comply with the Sharia police's rules.
Outside the auditorium, I ask her why she is willing to take this risk in deeply Muslim Aceh.
"I know that people here are pious and they really love their religion. I just never thought it was going to be this fundamentalist," she says, playing with the tassels on her shawl.
"Aceh's changed a lot. It doesn't mean I'm not a good Muslim if I don't wear this - my headscarf. It's my right to live the way I want to."
Aceh is one of the most deeply Muslim places in Indonesia. Often called the veranda of Islam, it is seen as the birth place of the Muslim religion in Indonesia.
But many here are concerned about how quickly their province is changing.
Novi
Now a new law has people worried. Only in place in Western Aceh, and effective from January of this year, the law bans women from wearing tight trousers.
Even in Banda Aceh though, at least eight hours away from where the ban applies, Novi has seen the ban affect her business.
She sells tight trousers for a living and sales have slumped by 50% since the ban was put in place.
She tells me she is a devout Muslim - and wears a headscarf - but does not agree that these decisions should be dictated by an external body.
"They can't impose that kind of ban," she tells me.
"What we wear doesn't reflect our morality. It's our right to wear what we want as long as we don't go against our religion."
Stoning laws
Lawmakers who support Sharia law say opinions were sought from Aceh's citizens before it was introduced - and for the most part, people here approved of the law.
Stoning for adulterers and banning tight trousers may sound harsh, but lawmakers say strict laws exist in other parts of the world too.
Burhanuddin is one of those who passed the law on stoning for adulterers in Aceh.
"Sharia law acts as a deterrent in Aceh. We need it," he says.
"China has a death penalty, so does America. They even detain people without trial there. Why do people only point the finger at Aceh?"
But for Nindy and her friends, the answer to that question is fairly obvious.
At the end of the day I meet up with them again, at the beach where just the night before the Sharia police were conducting their raids.
Hanging out at the beach, they are like teenagers anywhere else in the world - laughing, gossiping about boys.
Sharia law is not new to them or to the people of Aceh - it was brought in in 2002 - but it is now being enforced far more strictly than ever before.
People in Aceh are some of the most devoutly Muslim in Indonesia, but many here feel you can be both Muslim and modern as well.
Story from BBC NEWS:
http://news.bbc.co.uk/go/pr/fr/-/2/hi/asia-pacific/8491195.stm
Published: 2010/02/02 06:22:38 GMT
© BBC MMX
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/8254631.stm
Indonesia's province of Aceh has passed a new law making adultery punishable by stoning to death, a member of the province's parliament has said. The law also imposes severe sentences for rape, homosexuality, alcohol consumption and gambling. Opponents had tried to delay the law, saying more debate was needed because it imposes capital punishment. Sharia law was partially introduced in Aceh in 2001, as part of a government offer to pacify separatist rebels. A peace deal in 2005 ended the 30-year insurgency, and many of the former rebels have now entered Aceh's government, which enjoys a degree of autonomy from the central government in Jakarta. The legislation was passed unanimously by Aceh's regional legislature, said assembly member Bahrom Rasjid. "This law will be effective in 30 days with or without the approval of Aceh's governor," he said. The governor of Aceh, a former rebel with the Free Aceh Movement, is opposed to strict Sharia law. He had urged more debate over the bill. 'Moral degradation' Married people convicted of adultery can be sentenced to death by stoning. Unmarried people can be sentenced to 100 lashes with a cane. Previously, Aceh's partially-adopted Sharia law enforced Muslim dress codes and mandatory prayers. "This law is a preventive measure for Acehnese people so that they will avoid moral degradation," said Moharriyadia, a spokesman for the Prosperous Justice Party. A new parliament will be sworn in next month, after local polls saw the moderate Aceh Party win the most seats in the provincial assembly. The Aceh Party has said it will review the law once the new parliament is sitting. "It needs more public consultation. We need to involve the ulemas - the Islamic clerics - in drafting the law," said Adnan Beuransah, a spokesperson for the Aceh Party. About 90% of Indonesia's 235 million people are Muslim, practising a moderate form of the religion.Aceh passes adultery stoning law